Wednesday, July 23, 2014

Bijaksana

Hati kita kadang harus terluka. Agar kita tahu bagaimana rasanya dikhianati. Agar kita tidak mengkhianati. Hidup kita kadang harus hancur. Agar kita tahu bagaimana rasanya dicaci. Agar kita tidak ikut mencaci. Pikiran kita kadang harus jenuh. Agar kita tahu bagaimana rasanya dijauhi. Agar kita tidak menjauhi.

Seluruh cerita hidup kita kadang harus acak-acakan, harus banyak lubang, terluka di sana-sini. Agar kita tahu bagaimana rasanya dibenci, ditinggalkan, ditipu, diolok-olok, diasingkan, dibiarkan. Agar kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang merusak cerita hidup orang lain.

Seluruh cinta kita kadang harus hancur berantakan. Agar kita tahu bagaimana rasanya tidak berbalas, tahu bagaimana rasanya khawatir, menunggu, ditunggu, diburu waktu, dikhianati, bertepuk sebelah tangan, berharap, bersatu. Agar cinta kita menjadi lebih bijaksana, tidak gegabah dalam mengambil keputusannya.

Hidup kita kadang harus seperti itu. Hanya agar kita tahu bagaimana rasanya. Agar kita belajar dan menjadi lebih bijaksana.

-Kurniawan Gunadi

Sunday, July 20, 2014

Busana dan Kekuatan Hati

"Ya ampun... kangen poool aku sama kamu. Susahnyaaaa kalo mau ketemu kamu itu. Zah, aslinya aku kepingin kayak kamu, jadi hijaber yang sungguhan hijaber, yang bener. Pake rok gitu. Keliatan cewek banget, suka ngelihatnya. Pokoknya yang kayak kamu. Kamu kok bisa jadi kayak gitu?"

Seketika merasa tertohok sekali dengan komentar dan pertanyaan semacam ini. Ingin sepertiku, katanya. Dilihat dari mananya? Saat bercermin pun aku masih tidak tahu mana yang pantas dibilang "ingin sepertiku".

Komentar itu seperti pisau dan juga seperti obatnya. Komentar itu melukaiku seperti pisau, karena diri ini sadar bahwa begitu kurang sempurnanya aku dalam mata kebaikan. Di sisi lain, itu menyadarkanku bahwa dari mana pun kita dilihat oleh orang lain, maka kita harus bertanggung jawab tentang apa yang kita kenakan, tentang citra yang kita tunjukkan pada orang lain. Bahwa ketika kita dinilai dari sikap, maka kita harus bertanggung jawab memiliki sikap dan sifat yang sama. Tidak munafik.

Aji ning rogo soko busono lan aji ning ati soko lathi (Kekuatan kebaikan Raga berasal dari cara berbusana dan kekuatan kebaikan hati berasal dari ucapan.)

Sudah dinilai baik dalam berbusana (alhamdulillah), maka harus baik dalam mencerminkannya melalui sikap. Dari situlah seharusnya sikap bermuara pada sifat, dan sifat akan mencerminkan kekuatan hati kita.
Harus lebih banyak bercermin dan memperbaiki diri.

Terima kasih sudah diingatkan. Barakallah.

Friday, July 18, 2014

Ayo Jalan-jalan

Ayo jalan-jalan
Sedang bosan dengan hiruk pikuk aktivitas
Sedang ingin menikmati hal sederhana yang sering terlewat

Ayo jalan-jalan
Bukan mengajak boros makan di tempat yang menjual kenyamanan dengan harga
Sedang ingin makan di kaki lima
menikmati hal kecil bersama
mungkin berbagi cerita
apa saja yang dapat dibagi

Ayo jalan-jalan
Bukan mengajak di tempat yang begitu menahan untuk menyendiri
Sedang ingin jalan-jalan di tempat yang sepi
menatap langit mungkin
tidak perlu merogoh receh
hanya perlu berbicara saling memahami

Ayo jalan-jalan
Bukan mengajak bermain sesuatu yang tidak biasa
Berkeliling kota melihat lampu pun akan menyenangkan
berbagi kabar dan bercanda
mungkin juga berkhayal

Ayo jalan-jalan
Tidak perlu banyak menguras tenaga dan pikiran
hanya tentang berbagi masa lalu dan masa depan

Bisakah?

Pulang

Hakikat pulang pasti akan dipahami begitu dalam oleh perantau. Rindu rumah, katanya. Karena mereka tidak dapat seenaknya pulang ke rumah mereka. Padahal di sanalah kamu akan diperbaiki dengan tulus meski kamu datang dengan kerusakan yang parah.

Maka orang yang paling paham hakikat merindu adalah perantau. Menunggu saat yang tepat untuk pulang. Bahkan seringkali memaksa tidak pulang karena keadaan, sedang hati begitu ingin berteduh di tempat yang begitu akrab meninabobokan kesedihan dan kejenuhan.

Lalu, orang yang paling bersabar adalah ibu yang menunggu di rumah. Berpisah dengan anaknya yang dari dulu sudah terbiasa hidup dengannya tentu tidak mudah. Memendam rindu, terkadang ingin anaknya segera pulang tapi takut mengganggu. Orang yang mencintai begitu tulus, tidak ada yang mengalahkan. Tidak ada tuntutan dalam kasih sayangnya. Hanya ingin disempatkan waktu sedikit untuknya, setidaknya mengetahui kabar.

Tidak ada yang paling indah dari pertemuan menjawab rindu seorang ibu dan anaknya. Begitu sunyi dan syarat makna. Tanpa banyak bicara dapat mengungkapkan apa saja.
Perempuan bisa bosan menangis karena kejadian dan perkara yang sama. Perempuan kalau sudah bosan berarti notok jedok bosan kejadiannya diulang-ulang.

Bahagia karena hal sederhana

Precious moment saat saya bersepeda dari kampus menuju bundaran ITS untuk mencari takjil. Rencana awal saya dan teman-teman akan berjalan kaki ke sana. Ternyata di tengah jalan bertemu dengan adik kelas yang sedang bersepeda dan akan memarkir sepedanya. Kita dengan enaknya langsung meminjam sepeda itu untuk ke bundaran ITS. Subhanallah, begini ternyata bahagia yang sesungguhnya. Bersepeda ramai-ramai dengan saudara seperjuangan. Tertawa begitu senang sampai sedikit berkaca-kaca hahaha alay juga ternyata. Padahal hanya bersepeda. Sebentar pula. Tapi meski sebentar tetap saja bikin saya sedikit kecapekan karena sudah tidak terbiasa.
Ah, tidak tahu juga alasan saya mengapa menjadi sebegitu senangnya. Bersyukur tetap diberi karunia "mudah senang dengan hal-hal sederhana".

Semoga selalu pandai bersyukur.

Anyway, jadi ingat perkataan teman sekelas saya yang bilang, "Bikin seneng kamu itu gampang ya. Nanti jodohmu ya nggak ribet kalo pengen bikin kamu seneng, nggak perlu keluar uang banyak. Masa' liat kali yang kotor tapi luebar aja bisa jadi seneng." saat saya menyeberang kali TMB untuk menuju masjid yang ada di seberangnya dan saya nyeletuk sambil tertawa sumringah, "Wah kalinya luebaaaar, menyenangkan yaaa." padahal saat mau menyeberang saya sumpek sama bauknya yang Naudzubillah. Hahahaha

Harus Membesarkan Hati, Belajar Ikhlas

Sidang Tugas Akhir. Bismillah untuk teman-teman D3 dan untuk kakak kelas saya D4 semoga selalu dalam ridha Allah. Karena sesungguhnya, pertolongan Allah adalah apapun yang membuat hamba-Nya semakin dekat, termasuk rasa sakit.

Tapi manusia memang selalu dekat dengan perasaan gelisah. Ah, perasaan. Hari ini diingatkan banyak hal tentang itu. Mendengar cerita sana-sini tentang sidang, tentang dosen pembimbing maupun dosen penguji. Ada kelegaan, ada haru, ada isak tangis.

Pada akhirnya sidang memang selalu menjadi momen "melihat hasil" dari kerja keras dan sebagai syarat kelulusan. Saya ikut bersyukur untuk saudara-saudara yang dilancarkan pada sidang. Segala puji bagi Allah mendapatkan hasil yang menggembirakan. Di sisi lain, semoga selalu dikuatkan untuk saudara-saudara yang memang, setidaknya, belum mendapatkan keputusan hasil rapat, terlepas akan seperti apa keputusan itu.

Ini mengingatkan saya tentang sesuatu. Lagi-lagi Ayah saya pernah berkata, "Tidak apa-apa tidak lolos SNMPTN sekarang. Bukan hal memalukan. Nggak perlu malu. Nggak harus kuliah tepat waktu. Setahun nggak kuliah nggak apa-apa. Kan bisa melakukan banyak hal lain dengan proses belajar yang sama. Belajar bukan cuma lewat perkuliahan. Akan selalu datang keputusan yang diharapkan ketika memang sudah siap."

Itu perkataan beliau kepada saya ketika saya begitu gugup, sangat gugup, menunggu hasil SNMPTN dan tes-tes lainnya. Melewati SNMPTN undangan yang membuat saya sedikit kecewa. Eh, banyak kecewa sepertinya. Beruntung sekali memiliki orangtua yang tidak pernah membuat kecil hati dan terus membuat saya begitu kuat. Tidak perlu malu. Tidak perlu sebegitu kecewa. Toh, terlambat diterima kuliah bukan berarti hidupmu akan berakhir.

Ini pun berlaku untuk saya yang akan menghadapi Tugas Akhir serupa. Saya pasti akan mengalami tekanan yang begitu berat nantinya. Tekanan yang mungkin sekarang belum seberapa terasa.

Ini nasehat yang sering terlupakan. Nasehat yang sering diremehkan. Tapi semoga dapat menjadi bekal saya. Nasehat inilah yang membuat saya bertahan tiga tahun lalu saat maraknya penerimaan mahasiswa baru (Alhamdulillah saya lolos). Nasehat ini juga akan berlaku bagi saya dalam menjalani semester-semester akhir saya. Setelah berusaha, akan ada jalan.

"Nggak perlu malu. Usaha yang baik. Berproses yang baik. Allah penentu hasil yang paling adil."

Bismillah...
Demi Ayah Ibuk Adik-adik.
Harus siap menjadi wisudawati yang berguna.

Wednesday, July 16, 2014

"Terserah entar jodoh lo siapa. Yang perlu diinget, siapapun jodoh lo, lo nggak boleh jauh sedikit pun dari Allah. Soalnya, Allah bakal malu ngasih jodoh yang jelek buat hambanya yang dekat sama Dia."
-Aya' (Para Pencari Tuhan)

Bapak

Bapak adalah laki-laki paling khawatir saat anak perempuannya jatuh cinta. Ketika usia anaknya bertambah menjadi kepala dua. Bukan kepalang beliau siang malam memikirkan segala kemungkinan. Laki-laki seperti apa yang akan anak perempuannya nanti ceritakan. Cerita yang mau tidak mau seperti petir di lautan siang-siang.

Kekhawatiran itu tidak berlebihan. Sebab sepanjang pengetahuannya, tidak ada laki-laki yang baik di dunia ini kecuali dirinya sendiri. Untuk kali ini, Bapak boleh menyombongkan diri. Karena kenyataannya memang begitu. Tidak ada laki-laki yang cintanya paling aman selain bapak. Ibu sendiri mengakui.

Bapak adalah laki-laki yang paling takut anak perempuannya jatuh cinta. Laki-laki mau sebaik apapun tetaplah brengsek baginya, berani-beraninya membuat anaknya jatuh, cinta pula. Sudah dibuat jatuh, dibuat cinta pula. Benar-benar tidak masuk akal.

Malam itu, ketika dikira anak perempuannya terlelap. Bapak berbicara kepada ibu di ruang tamu. Tentang segala kemungkinan yang terjadi bila anak perempuan satu-satunya diambil orang. Tentang sepinya rumah ini. Tentang masa tua. Tentang hidup berumah tangga. Kukira bapak berlebihan. Tapi warna suaranya menunjukkan kepedulian.

Aku yang sedari tadi pura pura tidur, mendengarkan. Semoga aku bertemu dengan laki-laki yang lebih bijaksana dari bapak. Karena aku membutuhkan kebijaksanaannya untuk memintanya tidak meninggalkan bapak dan ibu sendirian.

Ku harap ada yang menga-aamiin-kan.

-Kurniawan Gunadi


Mewek lagi bacanya :(
Ayah sempat bicara apa saja sama Ibuk tentang ini?

Monday, July 14, 2014

Nah, karena perempuan itu multitasking, maka saya harus belajar multitasking yang keren. Menempatkan hati dan pikiran pada porsinya. Nah, karena multitasking memang keahlian perempuan, maka saya harus mengaplikasikannya dengan keren juga. Hidup cewek multitasking keren!
Menangis sesekali itu tidak apa-apa. Tapi jika terlalu sering? Ah, mungkin kamu sudah bosan. Atau mungkin lama-lama kamu menganggap tangisan sebagai senjata agar hatimu luluh. Tidak, sungguh. Ketika perempuan yang menangis itu perempuan baik-baik, maka tidak ada setetes air mata pun yang keluar darinya buruk.
Tapi tetap lama-lama kamu akan bosan? Benarkah?

Sunday, July 06, 2014

Waktu sholat lewat, kamu menangis?

Bismillahirrohmarrohim...

Kejadian ini sekitar lima tahun atau enam tahun yang lalu, mungkin. Sedang malas menghitung tahun karena semakin menyadarkan kalau saya sudah tua. hehe

Saat kelas dua SMA.
Saat Study Tour ke Bali untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah (atau mungkin rekreasi terselubung?).
Dini hari, subuh, di dalam bus. Bus tetap melaju kencang tidak pernah peduli dengan agen Islam yang ia angkut. Orang-orang yang belum sholat Subuh. Yang kebetulan sholat Subuh tidak mempunyai keistimewaan untuk dijamak. Yang sedikit disyukuri adalah, saya sedang berhalangan. Ada tamu datang yang membuat saya dilarang sholat.

Ada seorang perempuan yang kukagumi caranya bergaul dengan lawan jenis, caranya bertutur kata yang tidak pernah mengundang candaan rayu, caranya berrima tanpa mengeluarkan nada-nada yang tidak sepantasnya. Perempuan itu sedang menangis. Kutanya kenapa, rupanya karena bus tidak berhenti sehingga ia tidak dapat melaksanakan sholat Subuh. Kubilang padanya untuk sholat dalam perjalanan saja. Kebetulan ia berpendapat bahwa hal itu masih dipertanyakan boleh atau tidaknya.

Ah, sudahlah. Bukan itu yang ingin kubahas. Ini tentang tangisannya. Iya, sederhanakah? Menurut anda? Tidak menurut saya saat itu. Bisa dibilang, Insya Allah, saya tidak pernah mengizinkan diri ini lengah untuk kehilangan lima waktu wajibnya. Tapi ketika terlewat waktunya? Saya menangis? Saya yang kelas dua SMA itu. Terkejut, iya. Menyesal, iya. Tapi menangis? Saat itu saya sempat heran dan iri. Mengapa bisa hingga sedalam itu? Mengapa saya belum bisa sejauh itu? Bagaimana dengan anda? Sejauh apa anda menganggap sholat sebagai kebutuhan? Dan bentuk cinta kepada Allah? Pernahkah bertanya pada diri anda?

Semoga dapat digunakan untuk bercermin.
Ini perasaan saya, saat kelas dua SMA. Sekarang?

Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah

Inginnya

Inginnya menghujat rindu
Kalau ternyata rindu dibawa untuk menyakiti
Salah rindu atau hati ini yang tidak mau mengerti?

Inginnya mengancam rindu
yang datang seperti hujan deras membawa bau petrichor
Lalu membekas tidak dapat hilang

Inginnya menenggelamkan rindu
yang ternyata menuntut terlalu banyak untuk diobati
Tapi sedang tidak mampu untuk saling mengobati

Inginnya sebenarnya bertemu kamu
Menikmati hujan atau menghujatnya tidak masalah
selama ada kamu

Thursday, July 03, 2014

“Semakin indah sebuah tulisan, semakin berantakan hati yang menuliskan.”

Oh, parameternya gitu. hahaha .___.

Wednesday, July 02, 2014

"Dan Mustofa, Mustofa, Mustofa namanya... yang menarik dirinya terbebas dari beban duniawi kotornya dunia, benar-benar dalam kemurnian suci."

Hal. 381, Khadijah
Saat Ibunda Khadijah sakaratul maut, memuji Rasulullah dengan nama-nama baiknya. Mustofa salah satunya.

Kado di Angka 21

Konsumtif tentang novel ternyata belum hilang. Target ingin beli novel seri 4 wanita penghuni surga dari Asiyah, Maryam, Khadijah, dan Fatimah harus ditahan-tahan karena memang sedang berhemat uang dan waktu yang tersita untuk membacanya. Setidaknya bukan sekarang. Tapi hari ini ada buku yang terbungkus rapi di dalam kertas kado motif bunga. Dibuka, eh ternyata ada buku Khadijah di dalamnya. Heran, tau banget sedang kepingin apa. Kenal banget sama saya. Padahal ulang tahun juga sudah kelewat lebih dari sebulan. Baru sempat ketemu sekarang. Terima kasih ya. Temen SMA emang long last banget :3

Bukan tentang hadiahnya atau materinya. Ada ketulusan di sana. Ada hubungan yang begitu dihargai dan dijaga dengan baik.
*terharu