Tuesday, September 30, 2014

Cause you dont buy happiness, you create happiness.

Staying with you means i will tell you everything that happens in my days, even it is good or bad, matters or not. Cause being with you is everything even sometimes makes me cry, laugh, smile, blush. It doesn't matter and, yes, I am so thankful for staying together.

Thursday, September 18, 2014

Kalau sudah sepakat, berarti harus mati-matian saling mempertahankan. Mempertahankan itu susah, itulah mengapa banyak orang lebih memilih jatuh cinta lagi.
Tapi aku dan kamu bukan sembarangan yang membentuk kata "kita". Semangat berjuang ya, kita :)

Tuesday, September 16, 2014

Mengikhlaskan adalah jalan di mana kamu akan memiliki semua yang kamu inginkan, bukan malah akan kehilangan.  Itulah sebabnya mengapa ikhlas itu susah.

Sunday, September 14, 2014

Diam.

“Wanita yang terbaik adalah wanita yang menyenangkan kamu tatkala kamu melihatnya, mematuhimu ketika kamu memerintahnya, menjaga dirinya sendiri (kesuciannya) dan harta kamu dalam ketiadaan kamu.” (HR. At-Thabrani)

Kalau Dosen saya pernah bilang, "Nanti kalau sudah berkeluarga, aib suamimu merupakan aibmu juga. Kalau punya masalah, orang lain tidak boleh tahu, anak saja tidak boleh tahu. Istri yang baik menjaga kehormatan suami."

Grow up! :D

Saturday, September 13, 2014

Bismillah, selalu kembali pada-Mu.

Dari Abu Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita solehah''(HR. Muslim: 3649,Nasai,Ibnu Majah)
Mission
Dari Abu Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita solehah''(HR.Muslim:3649,Nasai,Ibnu Majah)
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ

قَانِتَاتٍ تآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سآئِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا

“Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-Tahrim: 5)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:

a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.

b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala

c. Qanitat: wanita-wanita yang taat

d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.

e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).

f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا،

قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:

1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.

2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.

4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.

5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.

6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.

Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:

1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا،

الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا،

وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya:

“Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)

4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ

وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)

إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah,Aamiin ya Rabbal'alamin



https://www.facebook.com/pages/Dunia-Adalah-PerhiasanSebaik-baik-Perhiasan-Adalah-Wanita-Sholehah/143226049097618?sk=info

Muka Ibu-ibu, Aslinya Masih Unyu-unyu

"Ini Kabiro Kaderisasi, Mbak Izzah, ya." Kata MC (ELKA 2013) saat serah terima jabatan, "beliau ini, sungguh keibuan sekali."

hahahaha ngakak. Jadi ingat si Mbak Rahma di tempat kerja ditanyain sebelahnya, "Mbak Icha yang sering sama kamu itu, anaknya sudah berapa?"

Oh meeeeen -_____-"

Di sisi lain ada yang mengira saya masih mahasiswa baru.

Ibu Keren

"Lihat-lihat dulu nduk, kamu kepingin ambil beasiswa S2 tujuannya untuk apa. Kalo aku memang sengaja kepingin Eropa soalnya akses kemana-mana mudah, sekalian jalan-jalan. Hehe. Ada temenku cewek malah kepingin sampai S3, niatnya untuk mendidik anak. Kalau sudah tahu tujuannya, jadi lebih mudah menentukan tujuan tempatnya. Paling enak lagi kalo kuliah sudah ada pendamping jadi bisa saling mendukung. Apalagi kamu cewek lho."
Hendra - Meka 2010

Oh. Wow. Sekolah tinggi untuk mendidik anak. Saya setuju sekali sama tujuan mbak kece di atas. Harus jadi Ibu bijak dan cerdas untuk mendidik anak. Bahkan dosen saya pernah bilang, "Kuliah itu bukan hanya tentang akademiknya, sebenarnya kuliah itu bagaimana cara mengembangkan diri dan pola pikir. Lihat saja yang besar di jalanan dengan yang besar di instansi pendidikan. Ada bedanya, kan?"

Semangat!

Friday, September 05, 2014

On the night like this.

Ada kaca yang belakangan sering saya gunakan karena sepertinya sudah lama saya khilaf tidak menggunakannya. Dan itu kamu. Iya, terima kasih sudah diingatkan sebegini banyak.
Lalu ada kaca tanpa cacat dan tanpa cela. Dikhianati pun tidak pecah, tidak rusak. Dan itu Tuhan, sebagai kaca berikutnya. 
Kalau sudah berkaca dengan baik berarti sudah menemukan apa yang kurang. Kalau sudah menemukan yang kurang berarti sudah tahu tindakan yang akan diambil. Nah, karena sudah tahu yang seharusnya dilakukan, bukan dimengerti saja. Ilmu tidak digunakan ya sama saja, lama-lama lupa lagi. 
Cambuk diri sendiri itu penting. Lebih penting dari cambuk untuk orang lain. Setidaknya manusia berubah untuk lebih baik pasti yang pertama untuk dirinya sendiri. Tapi pada akhirnya akan berdampak pada lingkungan. 
Kalau sering dicurhati orang tentang masalah mereka, lalu bisa memberi saran yang keren sekali, harusnya cambuk diri saya juga berfungsi sama untuk diri saya.
Masalah itu bukan dihadapi dengan cara yang jahat. Bukan diperangi dengan senyum masam, bersedih hati, dan sengsara. Bukan diambil jeleknya saja. Tapi harus bersahabat dengannya, memeluknya erat-erat, jadi sahabat. Karena hidup itu persoalan ketentraman hati. Seh-mah-ngat!


On the night like this
There's so many things I want to tell you
On the night like this
There's so many things I want to show you

Cause when you're around
I feel safe and warm
Cause When you're around
I can fall in love every day

In the case like this
There are a thousand good reasons
I want you to stay...


Tiba-tiba berasa unyu dan dramatis dan romantis dan berlebihan, meski jadinya bisa mewek, ketawa, senyum, diem, bikin resek, dibalesin resek, mem-bully, di-bully, dan sebagainya. Tapi biarkan saja, yang penting mengarah ke hal yang baik.

Dipeluk Malaikat

Kamu tahu nangis yang nggak ada yang puk-puk atau peluk tapi rasanya malah kayak dinaungi ribuan malaikat langit? Merasa tenang meski menangis karena ternyata kamu butuh?
Pas kamu sujud, pas kamu sholat, pas kamu lagi asyik dan anget banget berduaan sama Allah, yaitu saat kamu berdoa yang tulus dan doa yang baik. Saat-saat begitu, kamu bakal jadi lebih kuat terus. Ternyata di saat tersepi pun kamu bisa merasa ramai.

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama,” (HR. Muslim no. 4912).

Apakah yang terjadi padamu? Bagaimana (caranya) kamu menetapkan?
Maka apakah kamu tidak memikirkan?
Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata?

-As-Saffat : 154-156

Loh, Cha. Ditegur Allah pake banget. Hiks

"I open at the close."

Thursday, September 04, 2014

Tuhan Sedang Cemburu

Tuhan sedang cemburu habis-habisan kepadaku. Alhamdulillah.
Kalau sedang dicemburui begini, jadi susah konsennya kemana-mana. Sedikit jauh dari keramaian, melamun dan mudah terbawa sedih. Mau mengerjakan apa-apa juga akhirnya galau sendiri. Ih.
Tapi yang penting doanya harus semakin keren. Kalau dicemburui begini, berarti masalah yang datang juga bakal keren, jadi ini tandanya mau naik level. Sudah ada tangganya. Tinggal memilih mau naik atau tidak. Kalau sudah memilih naik, harusnya usahanya juga keren biar levelnya keren.

Terima kasih sudah cemburu, Tuhan. Terima kasih sudah menyayangiku sebegini kerennya. Yang ini, saya nggak mau menyerah.

Wednesday, September 03, 2014

Angkuh dan Tuli

"Inna sa'yakum lasyattaa"
Sungguh usaha manusia itu bermacam-macam. (QS. Al-Lail:4)

"Kamu, tidak pernah ada yang memaksa kamu harus berjuang seberapa gigih atau seberapa keras tentang sesuatu. Lagi-lagi karena parameter setiap orang itu berbeda dan tidak mungkin kamu memuaskan setiap orang. Yang perlu diingat, jangan pernah menjadi angkuh dan tuli, merasa paling sempurna dan tidak melihat sekitar. Berusahalah yang baik, karena usaha selalu berbanding lurus dengan hasil. Jangan melupakan lingkunganmu. Jangan pernah lelah untuk berbagi. Karena kamu akan merasa kaya saat kamu memberi banyak. Barakallah kamu."

Tulisan itu sengaja kutulis untukku sendiri, sebagai pengingat diri. Sengaja kutulis di catatan kuliah, rapat, dan curhat dalam satu buku yang sama. Buku yang kubeli bersamanya.

Ada pesan singkat yang lumayan panjang yang sengaja kusimpan. Pesan singkat bernada sarkas namun berpuisi dan bersajak. Tumben sekali kan? 
Itu adalah pesan singkat yang selalu membuatku sedih ketika membacanya. Meski begitu beberapa hari ini pesan itu selalu kubaca. Bukan karena sakit hati, namun karena aku tahu aku salah dan aku tahu apa yang dikatakannya tentangku benar.

Ini tentang aku yang terlalu merasa sempurna akan sesuatu. Tentangku yang terlalu meminta banyak. Tentangku yang lupa. Tentangku yang telah menjadi angkuh dan tuli. Tentangku yang menyakiti orang yang seharusnya tidak kusakiti, setidaknya dia tidak pantas disakiti.


This is how you should remember that no one is perfect. People look perfect because they see the beautiful details of their imperfection.