Teruntuk kelas tercinta, XII-IA 8, yang jika sebutan kelas kita disingkat, akan sedikit aneh jika diucap,
Brandcap. Ingatkah kalian padaku? Seorang anak perempuan yang berusaha menjadi wanita anggun meski kalian bilang mustahil, bernomor absen 21. Jika kalian ingat, mungkin perasaanku akan selalu buncah, jika kalian lupa, yah mungkin itu karena hukum waktu yang terus mengganggu.
Aku rindu. Perasaan rindu yang sering hinggap kepadaku ini begitu menyebalkan. Terkadang mungkin aku akan menikmatinya, menatap setiap foto yang kita ambil dan tertawa sendiri melihat setiap ekspresi yang ada. Terkadang, aku juga akan tetap menatap foto-foto itu, namun rindu bersama kalian dan suasana kelas yang jika hujan akan becek di sana-sini, atau mungkin depan kelas akan menjadi kolam dadakan, menjadi menyakitkan.
Suasana itu, kawan, adalah suasana yang belum kutemukan saat ini. Dan perasaan memiliki ini, kawan, yang jika salah satu dari kita mengalami sesuatu, yang lain akan siap membantu, selalu sangat berkesan di hatiku. Lalu kenangan-kenangan tertentu akan siap membanjiri pikiranku seperti arus sungai deras.
Kenangan yang kita miliki sendiri-sendiri. Pada setiap tawa mengejek, canda, atau mungkin bergunjing. Mungkin beberapa juga akan tertawa hanya dengan isyarat mata, siapa tahu. Atau pada perasaan sebal, merasa tersisihkan, merasa sendirian, merasa dibenci, dikhianati, dan sebagainya. Mungkin juga pada tangis haru, tangis kesedihan, tangis bahagia, dan sebagainya. Kenangan itu, yang jika dirangkai akan membuat rajutan kisah indah kita saat SMA. Saat hati berbunga, terhina, cemburu, marah, atau mungkin patah hati.
Masih ingatkah kalian kenangan indah itu? Mungkin saat pertama kali kalian duduk dengan teman sebangku kalian. Atau menemukan seseorang yang kalian pikir akan menjadi sahabat sejati selamanya. Mungkin juga bertemu saingan pertama kita. Perasaan saat pertama kali kalian menyadari bahwa kita semua keluarga. Mungkin juga kenangan saat peristiwa memalukan pertama di kelas, mungkin di depan kelas, atau saat jam kosong.
Saat celana atau rok kalian sobek karena terlalu banyak tingkah. Saat pertama kali ulangan fisika mendapat nilai jelek. Saat menghitung banyak keramik di sekolah. Saat tatapan mata bertemu tatapan mata lain. Saat teriakan cempreng bisa menjadi lucu. Saat DSLR menemani kita dan akan ada ratusan foto jelek kita terjepret. Saat bernyanyi bersama wali kelas kita, Bu Rini. Saat ulang tahun Pak Didik. Saat seseorang dari kita ulang tahun dan dikerjai guru fisika di depan kelas. Saat istirahat yang membuat kita cepat-cepat menuju kantin agar tidak antri. Saat berbagi bekal makanan dari rumah. Saat satu celetukan usil mengundang tawa. Atau saat menemukan tangis diam-diam seseorang di antara kita.
Mungkin juga saat pertengkaran dan pergunjingan yang secara tidak sadar mengundang dinding pembatas, mengundang konflik. Namun kita terlalu pandai berpura-pura untuk saling mengungkapkan perasaan. Atau saat perjalanan kita bersama, menyusuri mall, toko buku, dan tempat wisata bersama. Mungkin saat bermain bola di kelas, yang banyak mengundang teriakan marah, dan pernah sekali, menyebabkan tangis. Atau saat melihat apa yang beberapa cowok kelas lakukan di belakang kelas yang membuat gemas.
Yang paling aku suka memang saat jam kosong. Saat kita bergosip ria, bercerita tentang perasaan satu sama lain, sekadar berkeliling kelas melihat apa yang kalian lakukan, mengepang rambut, berkuteks, membuat tato dengan pulpen, berfoto (lagi), bernyanyi, bermain gitar, berteriak, bermain tekdek (aku tidak tahu bagaimana mengejanya), uno, atau permainan kuno lain.
Aku juga masih ingat saat dinding kelas dibuat coret-coret berwarna-warni, yang pertama mengundang konflik, namun saat selanjutnya menjadi tempat bagus untuk berfoto. Lalu saat foto buku kenangan, melihat semuanya berdandan, kecuali satu orang yag memakai celana pramuka. Puncaknya saat di Mess Tirta Indah dengan kenangan yang sangat panjang.
Mungkin setelah menjalani perkuliahan atau dunia kerja yang sesungguhnya membuat kenangan itu secara perlahan tenggelam. Menemukan teman baru, suasana baru, atau mungkin perasaan baru. Cobalah gali kenangan itu, kawan, dan kalian akan menyadari kuatnya kenangan yang telah kita rajut bersama. Bahwa meski kita semua saling terselip di hati masing-masing, akan ada saat dimana sosok kalian akan muncul di permukaan dan mendatangkan perasaan rindu ini. Keluarga memang tidak akan begitu mudahnya hilang. Mungkin kalian seperti tato, yang tidak akan pernah bisa hilang dan tetap akan kupertahankan. Keluarga yang telah menempati tempat tersendiri pada setiap hati kita yang begitu luas. Mungkin terkadang terselip, tapi kita selalu ada untuk satu sama lain.
Nomor absen 21, nomor induk 11185
No comments:
Post a Comment