Tuhan, aku tahu aku bukan hamba yang selalu patuh. Ada saatnya aku begitu mencintai-Mu, tapi seringkali aku merasa lupa diri. Tuhan, aku akan selalu memperbaiki diri demi kebaikanku juga. Bukankah semua manusia hampir sama. Berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. Entah itu melalui kebahagiaan orang lain atau tidak.
Tolong dipertimbangkan, Tuhan. Kali ini aku bersungguh-sungguh lebih dari apapun. Iya, mungkin ini keinginan egoisku yang lain. Tapi, ini keinginan egois tertinggiku.
Jika mungkin keinginan ini belum sampai pada-Mu, maka aku akan mencari bala bantuan dari hamba-Mu yang lain. Hingga doa dan keinginan ini dapat menggetarkan Arsy-Mu.
Tuhan, sudah banyak hal yang terlewat dan banyak sekali kesempatan yang datang padaku hanya demi membahagiakan kedua orang tuaku. Sayangnya, aku masih merasa menjadi seorang anak yang gagal membahagiakan mereka. Entah ini adalah pernyataan langganan setiap diri anak yang begitu rendah hati atau bukan, tapi siapakah aku berani merasa telah membahagiakan orang yang telah melimpahkan kasih sayang yang begitu besar. Padahal seringnya aku menyakiti dan merajam hati mereka dengan mulutku. Mulut yang dapat berucap berkat pengajaran mereka mengenai kata. Namun, pada akhirnya kata-kata itulah yang menyakiti mereka. Atau pada hal-hal lain yang kulakukan demi kesenanganku sendiri.
Aku menyesal, Tuhan. Lagi-lagi penyesalan yang terlambat. Bolehkah aku sekali lagi meminta ampunan-Mu?
Tuhan, tolong selalu ingatkan aku pada senyum letih yang mereka sunggingkan setiap kali mereka lelah terhadap tabiatku. Maafkan aku, Tuhan. Banyak hal yang mereka lakukan diam-diam demi memperjuangkan hidupku. Bagaimana mereka bertahan dan tetap melakukan candaan yang begitu menyenangkan. Bahkan, mereka adalah, sungguh, orang yang selalu ada untukku.
Aku menyesal, Tuhan. Lagi-lagi penyesalan yang terlambat. Bolehkah aku sekali lagi meminta ampunan-Mu?
Tuhan, aku selalu meyakini bahwa hal-hal yang berarti bagi seseorang bukan hanya pada hal-hal yang besar. Tapi, Tuhan, terlalu banyak hal berarti yang mereka lakukan untukku hingga seringkali aku lupa. Lupa, Tuhan. Kejam sekali. Bahkan, pengkhianatan-pengkhiatan kecil yang telah kulakukan dan dosa lain yang mereka tidak tahu. Dosa-dosaku yang menggagalkan doa suci mereka, Tuhan.
Aku menyesal, Tuhan. Lagi-lagi penyesalan yang terlambat. Bolehkah aku sekali lagi meminta ampunan-Mu?
Tuhan, aku tahu apa yang lewat tidak akan pernah kembali. Dan kesempatan-kesempatan itu pun akan pudar dengan sendirinya meninggalkan penyesalan-penyesalan yang kubuat. Biarlah seperti itu, biarlah aku belajar. Izinkanlah aku belajar mengenai terima kasih dan maaf, Tuhan.
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Sudah sekitar 19 tahun aku hidup berkat mereka. Bahkan aku dengan semangat muda mencari ilmu di sana-sini. Mencari-cari apa mauku, tujuanku, dan minatku. Dan mereka dengan pengalaman yang lebih dulu mereka alami selalu memberikan petuah-petuah berharga mengenai hidup. Bahwa gagal bukan berarti akhir dan berhasil bukan berarti cukup. Tuhan, aku ingin mereka hadir di acara wisudaku dan adik-adikku. Hingga aku dapat berkata dengan bangga, "Ibu, Ayah, lihat. Icha memakai toga sungguhan."
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Aku akan membawa ijazahku untuk kehidupan mandiriku yang lebih baik. Aku akan bekerja. Aku akan berdiri dengan kakiku sendiri. Dan mereka akan selalu menjadi tempat paling nyaman untuk kukunjungi. Hingga suatu hari aku akan berkata, "Ibu, Ayah. Alhamdulillah gaji pertamaku. Ini untuk ibu dan ayah mendekorasi ulang rumah atau untuk membeli kebutuhan ibu dan ayah."
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Aku ingin menikah, Tuhan. Seperti kebanyakan wanita. Aku ingin dipimpin oleh imam yang baik menurutku, Ibu, Ayah, dan Engkau. Aku akan menjadi wanita sungguhan dan belajar mengayomi. Aku akan belajar manajemen kehidupan. Dan disitu, mereka akan selalu ada, menjadi rumah singgah yang selalu kurindu. Tapi sebelum itu, akan ada saat dimana imamku akan mengetuk pintu rumahku sedangkan aku hanya bersembunyi dan mengintip malu-malu. Ia akan berkata, "Bapak, Ibu, saya ingin meminang anak Bapak dan Ibu."
Lalu, saat mereka menyerahkanku, akan ada saat haru. Di mana air mata berarti melepaskan, di mana air mata dapat berarti penerimaan.
Hingga aku akan selalu mengenang dekapan ibuku yang paling lama dan dalam.
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Jika kehidupan baru akan menjadi pelengkap kebahagiaan, maka izinkanlah aku memperkenalkan putra dan putriku pada Ibu Ayahku. Biarkan mereka hadir saat aku berada pada titik dimana aku merasa paling dekat dengan tempat-Mu. Hingga aku melahirkan kehidupan-kehidupan baru. Karena akan ada tangis yang memekakkan telinga kami, Tuhan. Hingga membuatku tenggelam dalam haru bahagia. Pada saat itu, aku akan sangat membutuhkan mereka untuk mendidik bunga kecil ini. Meski pada hal-hal kecil hingga mengajarkan nilai-nilai luhur.
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Izinkanlah mereka mengunjungi Kakbah-Mu, Tuhan. Biarkan mata mereka menyaksikan keajaiban-Mu. Izinkan mereka mencium Hajar Aswad-Mu dan melayangkan doa yang akan Engkau kabulkan. Biarkan mereka menangis dan tenggelam kepada-Mu, merasakan-Mu. Sungguh, ya Tuhan. Kuatkanlah mereka.
Tuhan, entah apa yang telah tertulis dalam kitab takdir-Mu yang telah pasti, tapi tolong dipertimbangkan.
Bahagiakanlah mereka, lingkupilah mereka dalam dekapan-Mu yang terdalam.
Tuhan, kata orang aku harus mencintai-Mu melebihi cintaku pada yang lain. Aku sungguh mencintai-Mu, Tuhan. Aku akan selalu mencintai-Mu. Aku akan mencintai-Mu melalui apa yang hidup, melalui apa yang telah Engkau ciptakan.
Semoga Tuhan memuliakan setiap orangtua yang berjuang demi anak mereka.
Surabaya, 30 April 2013, dini hari.
No comments:
Post a Comment