Ayah, saya kangen sama ayah yang selalu kuatir sama saya tapi selalu bilang lewat perantara ibu.
Ayah, saya kangen sama ayah yang selalu kuatir kalau saya dekat dengan lelaki padahal saya tidak pernah sedekat apa yang ayah maksudkan.
Ayah, saya kangen sama ayah yang selalu menunggu saya pulang meski saya pulang di atas jam normal perempuan untuk pulang.
Ayah, saya kangen jadi makmum ayah saat salat.
Ayah, saya kangen sama gurauan ayah yang selalu sukses membuat sakit perut.
Ayah, saya kangen ayah marah saat saya mulai keras kepala.
Ayah, saya kangen ayah saat ayah memaksaku makan padahal saya malas sekali makan.
Ayah, sekarang saya jarang sekali makan.
Ayah, sekarang saya sering menangis lebih dari sebelumnya.
Ayah, cepat sembuh. Saya ingin ayah terus menemani dan melihat saya berproses dan tumbuh. Tumbuh menjadi wanita yang dapat memuliakan keluarganya.
Ayah, ibu begitu kangen ayah.
Ayah, ibu kangen saat ayah bisa mencegah ibu boros.
Ayah, ibu selalu berperan menjadi pejuang yang benar-benar hebat.
Ayah, cepat sembuh. Ibu ingin ayah menemaninya di hari-hari seperti dulu.
Ayah, Wildan sekarang mulai berperan sebagai ayah dalam keluarga.
Ayah, Wildan sekarang semakin dewasa. Anak itu sudah berkembang dengan caranya.
Ayah, tapi Wildan masih ingin dilihat ayah, ingin membuktikan bahwa dia akan menjadi orang besar.
Ayah, Salsa juga kangen ayah.
Ayah, adik kecil itu bertumbuh di lingkungan yang begitu baik.
Tapi, ayah, dia masih sangat membutuhkanmu untuk membimbingnya menjadi kuat.
Ayah, cepat sembuh.
Ayah, saya sekarang sudah dewasa tanpa saya sadari sepenuhnya.
Ayah, ada seorang lelaki, yang saya ingin ayah mengenalnya dan mempercayainya.
Ayah, Ayah, cepat sembuh.
mbak izza, yg sabar ya
ReplyDeleterencana Tuhan jauh lebih baik dari apa yg kita rencanakan
Semangat zah..... semangat....
ReplyDelete