Terima kasih sudah manangkapku yang terjatuh. Membangunkanku lagi. Kemudian menjatuhkan hati. Dan mendaratkannya di bantalan kasih seindah dunia peri.
Terima kasih sudah menyelamatkan rasa yang hampir tenggelam, dengan hadir dalam hidupku walau penuh lebam.
Terima kasih sudah menyeka luka, sehingga senyum itu muncul lagi terlihat di air muka.
Terima kasih sudah menjadi penawar harap yang dulu mulai memudar.
Terima kasih karena membiarkan aku belajar, meski aku tak pernah merasa cukup.
Aku tak pernah merasa cukup dengan kasih darimu yang senyaman ibu.
Aku selalu merasa kurang akan tempat untuk membuktikan diri, bahwa aku pria sejati. Dan kamu hadir, memberikan kesempatan itu.
Aku tak pernah puas berusaha segenap jiwa membahagiakan kamu perajut asa.
Aku bisa selalu lapar untuk kamu ajari bagaimana mencinta dengan setulus hati.
Sebuah impian bisa terbangun di suatu pagi dengan parasmu di sampingku, setelah berebut selimut di malam penuh kabut.
Kelak aku hanya ingin terjaga karena sinar matahari yang masuk seraya kamu bukakan jendela, dan melayangkan sebuah kecupan di mata.
Aku selalu memimpikan denting adukan sendok di secangkir teh hangat, lengkap dengan senyum manismu yang kunantikan dengan sangat.
Kepada kamu yang akan selalu menjadi alasanku untuk pulang.
–
This one is sweet
http://daraprayoga.wordpress.com/2013/05/23/terima-kasih-dan-tak-pernah-cukup/
No comments:
Post a Comment