Semandiri apapun perempuan. Meski kemana-kemana sudah berani sendiri. Pulang larut malam berani. Membuat perjalanan jauh dengan percaya diri. Mendaki, bermain air, atau hal-hal bahaya lain. Dalam satu masa, akan ada perasaan ingin dilindungi.
Sekuat apapun dia, secara fitrahnya ia ingin dilindungi. Ingin menggantungkan diri pada sesuatu yang menurutnya lebih kuat. Bukan karena perempuan lemah, bukan pula karena dia tidak bisa. Tapi lebih kepada perasaannya sendiri. Ada rasa nyaman ketika dilindungi. Ada rasa nyaman ketika diperhatikan.
Hal ini pula terjadi kepada laki-laki. Bahwa laki-laki akan merasa menjadi “laki-laki” ketika ia bisa menunjukkan kemampuannya dalam melindungi, memberi jaminan keamanan, dan menjadi tempat bergantung. Ketika hal-hal itu hilang darinya, maka kelakiannya benar-benar dipertanyakan. Bahkan dipertanyakan oleh dirinya sendiri. Mengapa tidak ada orang yang mau mempercayakan keamanannya dan perlindungannya kepadanya?
Laki-laki akan tampak hebat dan kuat jika ada perempuan disampingnya. Karena ada sesuatu yang dia lindungi. Perempuan akan merasa dirinya begitu berharga ketika ada sesuatu yang dengan keras memperjuangkan dan menjaganya. Ini fitrah. Sesuatu yang memang berasal dari dalam diri masing-masing.
Maka mulailah kita berpikir. Sosok seperti apa yang sebenarnya mampu mendominasi kita (perempuan). Dan sosok seperti apa yang mau mempercayakan keamanan dan perlindungan hidupnya kepada kita (laki-laki).
Maka, berbahagialah ketika yang mendominasi tersebut adalah sosok yang sangat bijaksana. Yang memimpin dengan sangat baik. Dan berbahagialah ketika ada seseorang yang datang dan mempercayakan kepada kita sebagai tempat berlindung dan mempercayakan hari kedepannya bahkan hidupnya setelah mati kepada kita (laki-laki).
-Kurniawan Gunadi
No comments:
Post a Comment