"Kalian tahu, perempuan itu benar-benar menyukai kepastian. Dan cuma satu aja yang perlu kalian pastikan"
Kami saling tatap. Kemudian melihatnya yang tersenyum memancing kami untuk memaksanya memberi tahu.
"Bahwa hatinya aman ditanganmu, bahwa kamu menjadikannya satu-satunya. Meski aku tahu mungkin itu agak bias karena kalian tentu memiliki hal lain. Setidaknya kalian harus memastikan bahwa kalian bertanggungjawab terhadap dirinya, terhadap perasaannya, terhadap hidupnya. Dan pertanggungjawaban itu tidak hanya soal dunia, tapi disaksikan Tuhan. Dan kepastian tertinggi itu dengan melibatkan Tuhan sebagai saksi, atas nama Tuhan kalian menjadikannya teman hidup di sini juga di sana"
"Kira-kira apa yang harus kami lakukan kalau kami belum siap memberikan kepastian?"tanyaku.
Dia membetulkan posisi duduknya. Sambil mengacungkan ranting kayu ke depan mukaku.
"Jangan sekali-kali memberikan harapan, camkan itu"
Repost (lagi) dari Mas Gun. Heran juga. Kok sepertinya paham sekali tentang perempuan, ya.
No comments:
Post a Comment