Tuhan, aku tahu aku bukan hamba yang selalu patuh. Ada saatnya aku begitu mencintai-Mu, tapi seringkali aku merasa lupa diri. Tuhan, aku akan selalu memperbaiki diri demi kebaikanku juga. Bukankah semua manusia hampir sama. Berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. Entah itu melalui kebahagiaan orang lain atau tidak.
Tolong dipertimbangkan, Tuhan. Kali ini aku bersungguh-sungguh lebih dari apapun. Iya, mungkin ini keinginan egoisku yang lain. Tapi, ini keinginan egois tertinggiku.
Jika mungkin keinginan ini belum sampai pada-Mu, maka aku akan mencari bala bantuan dari hamba-Mu yang lain. Hingga doa dan keinginan ini dapat menggetarkan Arsy-Mu.
Tuhan, sudah banyak hal yang terlewat dan banyak sekali kesempatan yang datang padaku hanya demi membahagiakan kedua orang tuaku. Sayangnya, aku masih merasa menjadi seorang anak yang gagal membahagiakan mereka. Entah ini adalah pernyataan langganan setiap diri anak yang begitu rendah hati atau bukan, tapi siapakah aku berani merasa telah membahagiakan orang yang telah melimpahkan kasih sayang yang begitu besar. Padahal seringnya aku menyakiti dan merajam hati mereka dengan mulutku. Mulut yang dapat berucap berkat pengajaran mereka mengenai kata. Namun, pada akhirnya kata-kata itulah yang menyakiti mereka. Atau pada hal-hal lain yang kulakukan demi kesenanganku sendiri.
Aku menyesal, Tuhan. Lagi-lagi penyesalan yang terlambat. Bolehkah aku sekali lagi meminta ampunan-Mu?