Saturday, October 26, 2013

Sajak Aku dan Kamu

Malam sudah tidak pernah sama
Seperti air yang enggan bertemu pasir
Tidak ada lagi yang ramah menyapa
Mengusap luka, membasuh peluh, menyeka air mata
Sadar saat pohon abadi berdiri sendiri
Meninggalkan pohon lain untuk tumbang
Menanti pohon yang tidak pernah melihat ke arahnya
Maka rumput hanya akan menjadi penonton setia
Bertaruh dan membuat gaduh
Riuh

Dengarlah,
debam berulang mulai menjadi lebam
Tapi terlalu keras kepala memuja
yang mampu sebatas melirik saja
Berusaha menggapai pucuk bunga
yang mungkin lagi-lagi hanya halusinasi
Lirih, rintih

Maka langit akan menunjukkan takdirnya
dan sabar bukan lagi menjadi kata yang mudah dan begitu indah
Lelah, tapi tidak ingin menyerah
Berharap lupa atau tetap berusaha?

Sunday, October 13, 2013

Terima Kasih dan Tak Pernah Cukup

Terima kasih sudah menyajikan cinta yang begitu nyaman.

Terima kasih sudah manangkapku yang terjatuh. Membangunkanku lagi. Kemudian menjatuhkan hati. Dan mendaratkannya di bantalan kasih seindah dunia peri.

Terima kasih sudah menyelamatkan rasa yang hampir tenggelam, dengan hadir dalam hidupku walau penuh lebam.

Terima kasih sudah menyeka luka, sehingga senyum itu muncul lagi terlihat di air muka.

Terima kasih sudah menjadi penawar harap yang dulu mulai memudar.

Terima kasih karena membiarkan aku belajar, meski aku tak pernah merasa cukup.

Aku tak pernah merasa cukup dengan kasih darimu yang senyaman ibu.

Aku selalu merasa kurang akan tempat untuk membuktikan diri, bahwa aku pria sejati. Dan kamu hadir, memberikan kesempatan itu.

Aku tak pernah puas berusaha segenap jiwa membahagiakan kamu perajut asa.

Aku bisa selalu lapar untuk kamu ajari bagaimana mencinta dengan setulus hati.

Sebuah impian bisa terbangun di suatu pagi dengan parasmu di sampingku, setelah berebut selimut di malam penuh kabut.

Kelak aku hanya ingin terjaga karena sinar matahari yang masuk seraya kamu bukakan jendela, dan melayangkan sebuah kecupan di mata.

Aku selalu memimpikan denting adukan sendok di secangkir teh hangat, lengkap dengan senyum manismu yang kunantikan dengan sangat.

Kepada kamu yang akan selalu menjadi alasanku untuk pulang.



This one is sweet


http://daraprayoga.wordpress.com/2013/05/23/terima-kasih-dan-tak-pernah-cukup/

Sampai Kapan Terus Mencari?

Kamu berputar-putar di situ saja. Dari sebuah padang ilalang, ke gurun yang begitu gersang. Tak puas, kamu berlari lagi, mencari lagi. Meninggalkan yang belum selesai. Akhirnya hanya mendapati diri kamu sendiri di tepian jurang.

Mencari yang lebih baik.

Sebuah kalimat yang aku percaya tidak akan ada ujungnya. Mencari yang lebih baik hanya akan membawamu ke perjalanan tiada akhir. Perjalanan penuh dengan ketidakpuasan. Rasa haus yang menyiksakan.

Aku paham, semua orang ingin sesuatu yang lebih baik. Akan tetapi, ada kalanya kamu harus berhenti, beristirahat, lalu berpikir, “Apakah aku sudah cukup jauh mencari? Atau bahkan terlalu jauh?”

Mencari yang lebih baik, berarti meninggalkan yang lebih buruk. Atau setidaknya, yang kamu anggap lebih buruk. Aku hanya ingin menyadarkan. Orang-orang yang kamu anggap tidak cukup baik dan kamu tinggalkan demi yang lebih baik itu yang justru lebih pantas mendapatkan yang lebih baik. Dan itu pasti.

Karena orang-orang yang sembarang meninggalkan semata demi yang lebih baik, adalah orang yang tidak cukup baik.

Rasa lelah kadang terlambat hadir. Ia kadang muncul ketika semuanya sudah terlalu jauh dan terlalu penat karena tak kunjung mendapatkan yang lebih baik. Karena yang lebih baik itu sebenarnya tidak ada. Itu hanyalah sosok semu yang kamu ada-ada. Sosok nyatanya hanyalah dia yang dengan segala ke-kurang-baik-kannya, selalu ada untukmu. Tapi sayangnya kamu lewatkan itu.

Di saat itu, kamu harus menengok ke dalam. Dan tanyakan pada diri kamu sendiri, “Apa kamu sudah cukup baik untuk orang yang kamu sebut lebih baik?”

Jadi, ada baiknya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk layak jadi tempat singgah selamanya… bagi dia yang terbaik.

Semoga masing-masing dari kita mendapatkan yang terbaik, setidaknya dari sudut pandang mata hati kita sendiri. Dan semoga kita tepat waktu untuk merasa lelah mencari, dan mengistirahatkan hati di jiwa orang yang tepat, yang tulus dalam mengasihi.



http://daraprayoga.wordpress.com/2013/06/28/sampai-kapan-terus-mencari/

Tuesday, October 08, 2013

For me, it is a simply question of “Do I want to be near her?/Do I want to be spending time with her?” When we are in the middle of a fight, or I’m just exhausted at the end of the day, or I’m just sick of everything, the answer is always yes.
Yeah, sometimes I get mad at her, sometimes I think she’s an idiot, sometimes I want to throw her out a window, but there is no one I would rather fight and argue with.
At the end of the day, no matter how shitty things get, I know she’s got my back. And when she has her bad days, I want to be there it help her back on her feet.

Thought Catalog on how you know you’re in love. This one is sweet.