Tuesday, January 05, 2016

Menjadi manusia bermental emas.

Beberapa peran yang sedang saya jalankan membuat saya bertemu banyak orang dengan karakter macam-macam. Saya sih asyik-asyik saja karena saya suka berinteraksi dengan karakter yang warna-warni. Cuma pada akhirnya saya menuju ke satu kesimpulan. Benar-benar terjadi memang. Bahkan terjadi di tiap lapisan masyarakat, dari yang katanya berpendidikan dengan lembaran ijazah, sertifikat, dan lainnya, hingga masyarakat kecil. Kita benar-benar mempunyai mental tunduk pada orang yang berkuasa. Beberapa kali menghadapi situasi di mana saya agak tidak dihargai sebagai partner kerja karena mereka berorientasi pada uang. Tidak masalah sih selama mereka profesional. Cuma ternyata kita terlalu banyak meminta sebelum memberi manfaat. Bagus kok kalau kita mempertahankan hak kita. Tapi kalau belum apa-apa sudah menuntut, beda lagi cerita. Sedangkan di televisi selalu marak berita minta ini-itu. Mulai masyarakat biasa seperti saya hingga papa minta saham dan lain sebagainya. Kalau ditegasi sedikit bisa melonjak marah, seperti pertengkaran lalu lintas yang tak ada habisnya. Kalau dimarahi atasan, salah atau tidak tetap diam. Hmmm.
Ada lagi keadaan di mana atasan yang berkuasa sok menjadi penguasa segalanya. Katany sih, mem-fir'aun-kan diri sendiri. Tapi kata mereka, nyatanya kita-kita sendiri yang juga memperlakukan mereka seperti fir'aun. Aduh, hidup begini susahnya. Jangan menyerah saja. Sudah banyak yang melenyapkan prinsipnya sendiri. Jangan jadi begitu. Menaruh empati dan toleransi pada tempatnya. Seperti menempatkan ketegasan dan profesionalitas pada penyeimbangnya.

Monday, January 04, 2016

Semakin ke sini, semakin tua, semakin bertambah dewasa, hidup itu tidak melulu sederhana. Karena kita sendiri yang meribetkan, membuat tata aturan yang membingungkan yang untuk dipatuhi pun susahnya setengah mati. Semakin ke sini, rasanya idealisme mulai terancam di sana sini. Maunya sih tetap tidak mau kalah. Rasanya sedih sekali melihat bagaimana hidup dahulu mengimpikan masyarakat madani yang begitu indah. Semakin ke sini, begitu banyak melihat keterpurukan hidup. Seringkali melihat orang yang dulunya bisa angkuh pada akhirnya menunduk patuh. Rasanya begitu sering muntab melihat negeri ini menjadi begitu lucu dan sarkastik. Bukan mau sok idealis, cuma mumpung masih berapi-api. Takutnya nanti idealisme kami jadi berkurang separuh atau lebih. Mumpung sisa perjuangan masih ada dan tidak ingin sampai dibiarkan mati. Dibilang ini ego sendiri pun tak masalah selama bisa memberi sesuatu untuk sekitar saya. Dibilang mau sok puitis tidak apa-apa. Mumpung ego untuk berkarya demi bangsa masih membara. Kalau hidup pun, maunya bisa berdiri bangga pada akhirnya. Bangganya bukan masalah pencapaian hidup sih, lebih ke peran untuk menginspirasi orang bagaimana berbuat lebih. Memuaskan hati yang abadi itu bagaimana membuat orang senang dengan cara yang baik.
Mumpung egonya masih tinggi. Ego untuk berambisi. Yang paling penting, hidup itu tanggung jawab, bukan membuat capaian-capaian untuk memuaskan ego diri sendiri. Tapi bagaimana memengaruhi orang lain.
Sudah membuat tulisan begini, jangan sampai berhenti di niat sama omongan aja sih.