Wednesday, February 01, 2012

Saatnya Kalian Bersahabat, Hai Logika dan Perasaan.

Belakangan sering sekali logikaku berperang sendiri dengan perasaanku. Aku juga tidak akan munafik sebagai manusia biasa, remaja menjelang dewasa, hal-hal seperti ini sering terjadi. Dulu saat aku menjadi single lagi, rasanya logikaku selalu menang melawan perasaan. Bukannya aku ingin sombong, tapi dulu juga aku bisa berpikir mengalahkan perasaanku. Memang tidak jarang juga aku kalah, tapi hanya sebatas itu. Karena mereka memiliki kuantitas kekuatan yang terkadang berbeda. Tapi sekarang, entah mengapa, rasanya logika dan perasaanku sama-sama kuat. Sama-sama ingin menang. Mungkinkah si perasaan telah lelah selalu mengalah dan mengikuti akal sehatku yang terlalu takut merasakan hal-hal yang untuk sekarang sangat tidak ingin kurasakan?

Aku tidak tahu.

Yang jelas, aku juga masih ingin logikaku yang menguasai diriku. Rasanya salah setiap aku merasakan suatu perasaan yang sangat berlebihan. Maksudku, aku tahu aku seorang perempuan. Pada saat-saat tertentu kami menjadi tidak terkendali, sangat mengikuti perasaan, dan lain sebagainya. Mungkin aku terlalu penakut untuk merasakan perasaan-perasaan ini. Takut dikecewakan, takut jatuh, takut kehilangan, takut menangis.
Hal-hal sepele memang. Tapi rasanya aku hanya ingin cari aman sekarang. Tidak memikirkan hal-hal menyedihkan seperti itu sepertinya yang terbaik.

Tapi kenapa semakin lama, rasanya perang batin ini sering tidak dapat kukendalikan?

Saat perasaanku juga semakin kuat, hampir sekuat logikaku padahal aku masih dapat berpikir jernih, rasanya aku selalu ingin menangis sendiri. Seringkali terjadi aku mulai meracau sendiri. Bahkan aku terlalu takut bercerita kepada orang lain, bahkan orang yang paling dekat denganku.

Tapi suatu hari aku nekat karena rasanya ini semua mulai menyakitiku. Dulu, kukira aku tidak dapat menjelaskan perasaan jelek apa ini. Tapi sekarang aku tahu, bukan karena aku tidak dapat menjelaskan melainkan aku terlalu takut bercerita kepada orang lain.

Akhirnya aku dapat menarik kesimpulan. Mereka bilang, terkadang kita harus membiarkan suatu perasaan menguasaimu agar kita tahu apa yang akhirnya baik atau buruk untuk kita. Itulah tugas hati kita, mem-filter, memilah mana yang baik dan yang buruk. Biarkan nantinya hatimu akan terbiasa. Jangan terlalu sering dibelenggu. Lama-lama akan meledak juga. Aku juga menyadari ternyata ledakannya luar biasa.

Menjadi perempuan memang tidak semudah itu. Bahkan saat aku merasa telah mencapai aktualisasi diri dan dapat mengendalikan semuanya. Terkadang biarkan kita merasakan hal yang kita takuti untuk terjadi karena pelajaran yang didapat lebih berharga dari mempertahankan pertahanan diri kita (dalam kasusku, terlalu takut berperasaan tertentu).

Tapi tentu saja, aku mempunyai prinsip-prinsip yang susah untuk ditawar. Aku tidak akan semudah itu membiarkan hatiku menang. Karena beberapa hal harus dipikirkan dengan logika. Aku juga beranggapan bahwa logikalah yang mengendalikan semuanya. Tanpanya, mungkin aku masih berada di bawah tekanan tertentu yang aku tidak yakin dapat melewatinya.

Mungkin jalan keluar terbaik adalah mendamaikan logikaku dan perasaanku. Saatnya mereka harus saling mengenal satu sama lain dan menunjukkan bahwa mereka saling melengkapi. Bukannya membuat perang-perang batin macam ini yang sebenarnya sangat meresahkanku.

No comments:

Post a Comment